1. ”Doughnuts” Is Better Than “Softdrink”
Tadinya saya ingin langsung menuliskan merek minuman berkarbornasi
tersebut, tapi saya takut nanti terkena omelan karena menulis merek.
Jadi biarlah saya menuliskannya demikian. Toh saya yakin kalian tahu
arti dari judul diatas. Setiap penjaga gawang pasti memegang peranan
penting dalam menentukan hasil akhir pertandingan. Coba silahkan tanya
kepada Massimo Taibi kalau anda tidak percaya. Nah di pertandingan
kemarin, David De Gea ternyata bermain lebih baik dibandingkan Joe Hart.
Dari sembilan kali shoot on goals yang dilakukan City, tujuh
diantaranya berhasil dimentahkan oleh kiper muda asal Spanyol tersebut.
Belum lagi keberhasilannya mengatasi “phobia” terhadap umpan-umpan
lambung. Coba bandingkan dengan Hart yang tidak sekalipun melakukan
penyelamatan. Semua tendangan ke gawang dari United sukses berbuah gol.
Sepertinya kiper asal Inggris itu perlu “menambah” lagi jumlah
tangannya.
2. Run Rafael Run!
Rafael Da Silva. Kembaran identik dari Fabio Da Silva ini sukses
mengeksploitasi sisi kiri tuan rumah. Meski rambutnya tidak lagi ikal
seperti sedia kala, kemampuannya malah semakin membaik. Pada
pertandingan kemarin kita melihat betul bagaimana keberanian Rafael
melakukan overlapping. Setelah itu, ia juga cukup cepat ketika harus
kembali menjaga daerah pertahanan. Namun hal ini tak lepas dari
kurangnya asupan nutrisi ketebalan pertahanan oleh David Silva yang
kerap lupa menolong Gael Clichy. Kealpaan Silva tersebut membuat Antonio
Valencia (yang nampak semakin cocok untuk turut membintangi film The
Expendables) leluasa bermain operan-operan pendek dengan Rafael.
Hasilnya? Satu assist kepada Wayne Rooney.
3. Jonny Evans – Rio Ferdinand
Setelah para pendukung United harus menahan kegeraman terhadap lini
belakang yang sangat rapuh selama 15 kali bertanding di Barclays Premier
League, akhirnya kemarin para fans Munyuk (panggilan mesra United dari
hatersnya) bisa sedikit tersenyum lega. Duet Jonny dan Rio begitu padu
dan kokoh di lini belakang. Bahkan dua gol dari City pun bisa dibilang
bukan murni kesalahan pemain belakang. Pada gol pertama, para pemain
belakang tersebut memang sangat sibuk mengurusi David Silva dan Carlos
Tevez yang sangat bernafsu memperkecil ketertinggalan. Sedangkan pada
gol Pablo Zabaleta, praktis bukan para defender yang harus memarking
pemain berkewarganegaraan Argentina tersebut mengingat ia hadir dari
second line.
4. WR10
Meski Robin yang memegang wajah depan koran-koran senin, tapi kita
tidak bisa menyingkirkan sumbangsih “Fatman”. Mungkin lebih baik kalau
dikatakan bahwa duet “Fatman and Robin” di lini depan United memang
sangat mematikan. Mereka berkali-kali bergantian mencetak gol dan
memberikan assits. Khusus untuk derby kemarin, pemain yang kerap disapa
Wazza ini mencetak dua gol brilian. Bukan karena aksi, tapi melainkan
karena momen. Dominasi penguasaan bola City yang sampai 80% berhasil
dinihilkan melalui gol pertamanya. Dan gol keduanya membuat United dapat
bermain lebih safety dan santai. Ditambah lagi, Rooney sekarang menjadi
pemain keenam yang mencetak 150 gol di Premier League setelah Thierry
Henry, Alan Shearer, Robbie Fowler, Andy Cole, dan Frank Lampard.
Sebagai tambahan, ayah dari Kai Rooney ini sekarang menjadi pemain
termuda yang sudah mencetak 150 gol di Premier League, yaitu di usia 27
tahun 46 hari. Rekor sebelumnya dipegang oleh Henry yang mencapai 150
gol saat usianya 28 tahun 150 hari.
5. Tom And Carrick
Tom Cleverley dan Michael Carrick benar-benar terselamatkan minggu
kemarin. Beruntung kedua pemain tersebut dapat menjaga dan mengontrol
lapangan tengah dengan baik. Mengapa saya katakan terselamatkan? Hal ini
mengingat betapa vitalnya peran mereka dalam menahan aliran bola dari
Yaya Toure dan Gareth Barry. Belum lagi kalau David Silva dan Samir
Nasri sudah bermain lebih masuk ke dalam. Ah! Sungguh mengerikan pasukan
lapangan tengah dari City. Para pendukung United tentu masih ingat
bagaimana musim lalu dibantai secara mengerikan 1-6 di Old Trafford
akibat kekalahan di lini tengah. Ketika itu, para pasukan biru langit
sukses mencabik-cabik para midfielder asuhan Sir Alex Ferguson tanpa
ampun. Jadi hasil kemenangan ini jelas tak lepas dari performa Tom yang
semakin membaik dalam usaha menggantikan Paul Scholes, dan kedisiplinan
Carrick dalam menjaga kedalaman lini tengah.
6. Sir Alex Ferguson In, Roberto Mancini Out
Terkadang, pergantian pemain bisa merubah alur permainan. Dan hal ini
terjadi pada derby Manchester kemarin. Awalnya kedua tim sama-sama
kehilangan pilar lini belakang akibat cedera. Dari sudut merah, Jonny
Evans menjadi korban. Sedangkan dari sudut biru, sang kapten, Vincent
Kompany, yang harus keluar lapangan lebih cepat. Lalu pada awal babak
kedua, Carlos Tevez yang menggantikan Mario Balotelli. Keputusan ini
bisa dinilai tepat pada awalnya karena Tevez lah yang memberikan assist
kepada Yaya Toure. Selain itu, Tevez juga kerap menebar ancaman dengan
kecepatannya bagi pemain bertahan United. Ketika Edin Dzeko masuk, semua
pendukung The Red Devils pasti berdebar-debar mengingat setiap pemain
berkebangsaan Bosnia ini mencetak gol, City tidak pernah kalah.
Beruntung yang mencetak gol adalah Pablo Zabaleta. Namun tetap saja gol
penyama kedudukan tersebut merubah taktik Fergie yang sudah didesain
sedemikian rupa ketika Phil Jones masuk dengan niat mempertebal garis
pertahanan semenit sebelum gol itu tercipta. Tidak mau hanya hasil seri,
sang Gaffer memasukkan Danny Welbeck. Hasilnya? Ia berhasil mencuri
bola dari Gael Clichy, mengoper kepada Rafael, Tevez melakukan
pelanggaran, RVP mengeksekusi tendangan bebas, dan... (anda tahu yang
terjadi selanjutnya).
7. Why Always Me?
Semua tentang Mario Balotelli memang selalu menarik untuk disimak.
Mulai dari kelakuan bengalnya, kaus “why always me?”, sampai perayaan
gol spektakulernya di ajang EURO 2012 kemarin. Saya pribadi hampir tidak
pernah meragukan talenta alami yang dimiliki pria berkebangsaan Italia
ini. Namun saya juga tidak bisa meragukan ego besar yang dimiliki oleh
Balotelli. Tidak percaya? Coba tanyakan kepada Jose Mourinho. Mou pasti
masih ingat betul bagaimana wejangannya selama istirahat babak pertama
langsung dilanggar semenit setelah peluit tanda babak kedua dimulai. Nah
khusus untuk pertandingan kemarin, dapat saya katakan bahwa keputusan
Roberto Mancini menjadikan Mario sebagai starter adalah salah satu
kesalahan yang ia buat. Di lapangan, pemain bernomor punggung 45 ini
juga tidak bisa berbuat banyak dibawah penjagaan ketat Jonny Evans.
Sebelum akhirnya ditarik keluar pada menit ke-51, praktis hanya backheel
lucunya itu yang dapat kita kenang.
8. It’s Fergie Time!
Ada hal unik yang saya temukan ketika waktu memasuki injury time.
Skor yang ketika itu imbang 2-2, tentu akan memberikan efek luar biasa
terhadap gol yang terjadi berikutnya. Dan pada saat itu, kamera menyorot
sebuah banner di Etihad Stadium yang menuliskan angka magis bagi
pendukung City. Ya! Apalagi kalau bukan “93:20”. Sebuah kombinasi angka
yang memberikan trofi Barclays Premier League bagi The Citizens.
Pendukung City boleh saja berharap bahwa masa-masa itu akan dapat
kembali terulang di pertandingan kemarin. Namun sayangnya, mereka juga
tidak boleh lupa bahwa menit-menit krusial itu lebih sering berpihak
kepada tetangga mereka yang konon lebih “sunyi” dibanding mereka. Dan
ternyata kemarin sang waktu lebih memilih Sir Alex Ferguson sebagai
tuannya.
9. Best Friend Forever
Kalau kata Sindentosca, pertemanan itu bagai kepompong. Mengubah ulat
menjadi kupu-kupu. Mungkin kata-kata itu yang dipahami betul oleh
Carlos Tevez dan Samir Nasri. Kita semua tahu bahwa Carlitos adalah
bagian dari skuad United ketika meraih Double Winners (Barclays Premier
League dan UEFA Champions League) pada tahun 2008. Jadi mungkin ia
memang dikirim ke City hanya untuk menjadi agen rahasia. Oleh sebab itu,
dilanggarlah Rafael meski ia sudah mendapat kartu kuning. Lalu lanjut
lagi ke Samir Nasri. Ikatan pertemanannya dengan RVP di Arsenal
kelihatannya masih ada sampai sekarang. Makanya tak salah apabila ia
membantu Robin untuk mencetak gol. Ya ini memang hanya fantasi saya
saja. Tapi bukankah segala ketidaksengajaan ini begitu menarik? Ah,
betapa indahnya pertemananan diantara mereka. Oh iya ngomong-ngomong,
ada yang punya nomor telepon Raam Punjabi? Saya ingin menjual cerita ini
kepadanya agar dijadikan film.
10. “Can't believe it was a copper 2p, could have at least been a £1 coin!”
“Dua penny?! Kamu serius?! Apabila kamu mau nego, sebuah gol bunuh
diri saya bisa didapat dengan satu Pound!,” Kata San Frendinand di dalam
hati.
Itulah dialog dari sebuah film yang berjudul “Fake Tales
of San Frendinand”. Semua kejadian dalam cerita ini adalah fiktif
belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, dan peristiwa, maka itu
hanya karena kebetulan semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar