Jumat, 26 Juli 2013

Saat-saat Paling Kelam Fergie di Old Trafford

Sir Alex Ferguson tidak menghasilkan sukses instan di Manchester United. Ia butuh beberapa tahun yang berat sebelum sepenuhnya menguasai keadaan. Di saat-saat jayanya pun ia berkali-kali mengalami saat-saat yang tentu ingin dilupakannya.

Mustahil merayakan seperempat abad Sir Alex Ferguson di Old Traffod tanpa sekaligus melihat ke saat-saat kelamnya tersebut. Ini di antaranya:
Manchester City 5-1 Manchester United, 23 September 1989: Laga ini selalu diingat Fergie sebagai sesulit mendaki gunung kaca. Kekalahan ini membuat Fergie terancam dipecat setelah tiga tahun sebelumnya tak mampu membawa sebiji trofi pun bagi Man Utd. Gary Pallister yang memecahkan rekor transfer Inggris, malam itu bermain begitu huruk. Pemain ini dalam otobiografinya menyebut, setelah laga Fergie terlihat lunglai dan tak mampu berbicara.

Standar ganda si Bos: “Jerman banget!” omel Fergie pasca kekalahan timnya di perempat final Liga Champion dari Bayern Munich, April 2010. Fergie menuduh pemain-pemain Bayern telah memengaruhi wasit untuk mengusir Rafael dari lapangan. “Wasit tidak melakukan apa pun sampai mengeluarkan kartu merah tersebut,” semprot Fergie dengan muka memerah. Ia lupa, Roy Keane pun pernah melakukan hal serupa.
Boikot BBC: Film dokumenter yang dibuat BBC membuat Jason, anak Ferguson yang menjadi agen sepakbola, dicurigai terllibat korupsi. “Mereka membuat dongeng tentang anakku, dan semuanya omong kosong,” cetus Fergie. Setelah itu Fergie lebih memilih membayar denda ketimbang menghadiri konferensi pers bersama BBC yang diwajibkan FA. Setelah 7 tahun, baru musim ini ia hentikan kebiasaan itu.
Sayang anak: Musim lalu Fergie mendadak memanggil pulang Ritchie De Laet dan Joshua King, dua pemain muda Man Utd, dari masa pinjaman di klub divisi Championship, Preston North End. Klub ini pun tak lama kemudian terdegradasi. Fergie menerangkan mereka sendiri yang ingin kembali ke United. Faktanya, keduanya tak juga main di tim utama Man Utd. Emmm, mungkin ini terkait dipecatnya Darren, anaknya, dari kursi pelatih Preston, beberapa hari sebelumnya.
Diktator: Jarang ada pemain keluar dari United tanpa mengalami perselisihan lebih dulu dengan Fergie. David Beckham, Ruud van Nistelrooy, Jaap Stam, adalah pemain-pemain yang tengah di masa emas dan terpaksa harus keluar. Namun tidak dengan Christiano Ronaldo. Man Utd terlilit utang besar, yang bisa tertutup dengan transfer Ronaldo. Tapi Fergie tak melepaskan Ronaldo tanpa lebih dulu melampiaskan kekesalannya terhadap Madrid.
Jarak yang melebar: 2 koleksi trofi Liga Champion telah dikoleksi Fergie, tapi dua kekalahan di final 2009 dan 2011 dari Barcelona, begitu membekas bagi orang Skotlandia ini. waktu dua tahun tak mampu membuatnya memangkas jarak dengan Barca, malah terlihat melebar.
Penyesalan terbesar: Hanya dua laga awal yang dimainkan Jaap Stam bagi Manchester United di musim 2001-2002 sebelum ia “diusir” ke Lazio dengan transfer 16 juta pound, akibat membeberkan keculasan Fergie di otobiografinya. Di kemudian hari Fergie mengatakan, “Semoga tak banyak kesalahan yang kulakukan selama melatih, tapi menjual Stam adalah kesalahan yang kusesali habis-habisan”. Dan Man Utd mengakhiri musim tanpa sebiji gelar pun.
Memastikan gelar di Old Traffod: Ya, 2001-2002 adalah musim yang ingin dilupakan Fergie. Arsenal memastikan gelar musim ini dengan mengalahkan MU 0-1 di Old Traffod.

Tantangan terbesar?: Musim ini Manchester United menemukan salah satu titik terkelam dalam sejarah klub, dibantai 1-6 di Old Traffod oleh “tetangga yang bising”, Manchester City. Man Utd pernah dihabisi 5-0 pada 1996 dan 1999 oleh Newcastle dan Chelsea. Di musim itu juga mereka mengakhiri musim dengan gelas juara. Kini ia harus menghadapi tantangan serupa. Barangkali ini merupakan salah satu tantangan terpenting dalam karirnya. Mampukan Sir Alex Ferguson

Tidak ada komentar:

Posting Komentar