"Ketuk palu" terkait penunjukan David Moyes sebagai manajer anyar
Manchester United telah terlansir. Sir Alex Ferguson turut andil dalam
pengambilan putusan krusial ini. Akan tetapi, keraguan tetap melanda
Moyes, yang dinilai minim pengalaman menangani tim besar laiknya Man.
United. Tetapi, beberapa poin berikut bisa jadi barometer bahwa
Ferguson tak salah menjatuhkan pilihan.
Inilah Alasan Mengapa Manchester United Pilih David Moyes Sebagai Pelatih:
1. Pengalaman
David Moyes merupakan salah
satu manajer paling sarat pengalaman di Premier League. Dia juga sudah
makan asam garam di Negeri Ratu Elizabeth. Empat belas tahun sudah
sejak menangani Preston North End, Moyes mencicipi karier manajerial di
Inggris. Sekadar informasi, untuk ukuran durasi karier di Inggris,
Moyes hanya kalah dari Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger.
2. Loyalitas
Sulit menandingi 27 tahun pengabdian Sir Alex Ferguson di Old Trafford.
Namun, David Moyes setidaknya sudah terbiasa untuk menetap di sebuah
klub untuk jangka panjang. Masa bakti satu dekade di Goodison Park bisa
jadi barometer kesetiaan pria berusia 50 tahun ini. Asal menunjukkan
prestasi konsisten, Moyes rasanya bisa jadi manajer jangka panjang
untuk Red Devils.
3. Konsisten
Everton memang bukan klub yang disokong kekuatan finansial besar.
Namun, Moyes mampu mempertahankan konsistensi The Toffess. Terbukti,
sepanjang rezim Moyes, Everton hanya satu kali keluar dari zona
10-besar Premier League.
Satu kali lolos ke Liga Champions dan torehan lebih dari 150 kemenangan
di Premier League juga jadi jaminan kualitas seorang Moyes. Sekadar
informasi, jumlah kemenangan Moyes di kasta teratas Inggris hanya kalah
dari Ferguson, Wenger dan Harry Redknapp.
4. Man-Management dan Media Handling
Kasus perseteruan di ruang ganti Everton hampir tak pernah terdengar
selama rezim Moyes. Maklum, salah satu kelebihan Moyes memang terletak
pada man-management. Moyes tak pernah memuji dan mengkritik pemainnya
secara berlebihan, terlebih di depan para awak media. Inilah benang
merah antara Ferguson dan Moyes.
Lebih dari itu, Moyes bersikap tenang kala melakoni konferensi pers.
Tak terkecuali saat timnya dirugikan oleh keputusan wasit. Untuk aspek
terakhir, Moyes lebih baik dari Ferguson, yang sempat memboikotBBC dan
bersikap emosional hingga memunculkan istilah "hairdryer".
5. Respek dari Manajer Lain
Pengakuan atas kualitasnya juga datang dari para manajer lainnya.
Sebanyak tiga kali, dia menerima penghargaan LMA Manager of The Year
(penghargaan berdasarkan hasil voting para manajer). Raihan tersebut
setara dengan koleksi Sir Alex.
6. Sukses dengan Bujet Minimalis
Manchester United tergolong boros dalam beberapa musim terakhir.
Transfer Robin van Persie, David de Gea dan Ashley Young yang mencapai
56,5 juta poundsterling.
Beda hal dengan Moyes. Dia terbiasa membeli pemain dengan harga
minimalis, lalu menjualnya dengan harga selangit. Hanya dari penjualan
dua pemain, yakni Jack Rodwell dan Wayne Rooney, The Toffess meraup
37,6 juta euro. Tentu, fakta ini bisa jadi angin segar lantaran beban
utang Red Devils mencapai 569 juta USD (18 persen dari nilai jual klub).
7. Suksesor Evra dan Scholes
Sektor full-back kiri dan gelandang tengah Manchester United butuh
penyegaran. Paul Scholes sudah terlalu uzur untuk bermain reguler,
sedangkan Patrice Evra sudah menginjak usia kepala tiga. Red Devils pun
kerap dikaitkan dengan dua penggawa Everton, Leighton Baines dan
Marouane Fellaini sebagai suksesor Evra dan Scholes. Untuk
merealisasikan skenario ini, Moyes punya pengalaman manis.
Pada musim panas 2008 silam, Fellaini lebih memilih rayuan moyes dan
menampik pinangan Man. United, Real Madrid, Tottenham Hotspur, dan
Bayern Munchen. Setahun sebelumnya, Baines justru bergabung dengan
Everton meski Wigan Athletic dan Sunderland telah sepakat dengan harga
enam juta pounds. Menariknya, Everton berhasil memboyongnya hanya
dengan lima juta pounds.
8. Ambisius
Chairman Everton, Bill Kenwright sempat mengakui bahwa ambisi Moyes
hampir selalu tak terakomodasi. Pasalnya, ketidakmampuan The Toffess
mendongkrak prestasi turut dilatari oleh kondisi keuangan yang kurang
mumpuni. Dengan gelontoran dana di Man. United, Moyes setidaknya bisa
memenuhi keinginannya guna menggondol trofi. Namun, dia belum terbiasa
beroperasi dengan bujet melimpah.
9. Relasi dengan Ferguson
Seiring peralihan jabatan Ferguson menjadi direktur, Moyes diprediksi
bakal jadi "boneka". Alhasil, hubungan keduanya harus selalu berjalan
baik. Ferguson pun sering melontarkan kekaguman dan dukungan terhadap
Moyes untuk menjadi suksesornya. Inilah jaminan agar keduanya tidak
dilanda konflik.
10. Tradisi Britania Raya dan Sukses Skotlandia
Sepanjang sejarah Man. United, hanya ada satu manajer non Britania
Raya. Dia adalah Frank O'Farrell yang berkebangsaan Irlandia Utara.
Tradisi sukses juga kerap mewarnai manajer berkebangsaan Skotlandia.
Total 18 trofi divisi utama/Premier League digondol saat Man. United
diasuh duo Skotlandia, Sir Matt Busby dan Ferguson.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar